Di tahun 1999, saya berkenalan dengan Tupperware. Awalnya, saya membeli produk Tupperware dari teman untuk saya pakai sendiri. Beberapa bulan setelahnya, saya diajak sepupu untuk bergabung menjadi anggota di Surabaya, karena pada waktu itu di Banjarmasin belum ada Distributor Tupperware. Produk Tupperware juga masih barang langka. Karena saat itu, tidak ada produk sejenis ini yang dijual dengan system direct selling. Akhirnya, saya pun mencoba untuk menjualnya. Tak hanya itu, saya juga suka model, desain dan warna dari produk Tupperware yang menurut saya sangat menarik. Jadi, semua berawal karena saya senang dengan produknya, kemudian mengoleksi produknya (jenis produk limited), hingga akhirnya bergabung bersama Tupperware menjadi member.
Setelah melahirkan anak ketiga di akhir tahun 1999, saya yang semula tinggal di Surabaya kembali pulang ke Banjarmasin. Di sana saya mulai berjualan produk Tupperware, pengiriman barang dilakukan dari Surabaya ke Banjarmasin. Saya sendiri yang pergi mengantar produk ke perkantoran teman saya yang menjadi langganan kala itu.Teman saya rutin mengambil produk dan dijual ke rekan-rekan kantornya.
Semua berjalan seperti air mengalir. Awalnya, suami sempat komplain karena sebelum memulai bisnis Tupperware, saya memang pernah membuka sebuah butik di rumah, dan orang-orang sering bertamu ke rumah seharian bahkan hingga malam hari. Itulah yang membuat suami sedikit keberatan. Nah, saat akhirnya saya menjalani bisnis Tupperware di Tahun 2000, saya pun fokus dengan bisnis ini.
Usaha saya semakin besar dan saya pun semakin sibuk. Tapi saya sangat menikmati proses itu, hingga akhirnya berkat Tupperware, saya bisa membawa anak-anak dan suami saya ke luar negeri, untuk pertama kalinya. Pada saat itu saya dan keluarga pergi ke Shanghai. Setelah itu, suami akhirnya mulai terbuka dan mendukung usaha saya ini.
Momen paling berkesan adalah saat saya menjadi Top Sales (Diva) se – Indonesia. Tentu saja, moment tak terlupakan lainnya yakni saat diangkat menjadi Distributor. Ini merupakan tahun ketiga saya menjadi Distributor sejak di tahun 2012. Di situlah, saya merasakan puncak perjuangan saya. Akhirnya setelah selama 13 tahun menjadi Manager, saya bisa mencapai impian saya ini. Bagi saya, ini merupakan ujian paling berat. Tapi ini semua adalah jalan Tuhan. Saya ingin menunjukkan bahwa semua ini merupakan hasil kerja keras saya.
Build people, people will build the business. Filosofi inilah yang saya pegang terus sampai sekarang, selama saya menjalani usaha ini. Memotivasi orang-orang merupakan tantangan besar bagi saya. Terlebih jika kita berusaha mendorong orang lebih baik, tapi orang tersebut justru sulit atau tidak ada keinginan untuk berubah. Tapi, semua saya jalani dengan semangat karena niat saya betul-betul ingin mengubah orang lain. Kebanyakan orang yang menjalani bisnis, selama ini hanya melihat dari sisi uang. Tapi, saya ingin mengembangkan orang lain dari kemampuan dan sikap positif. Saya hobi mengajar dan melakukan training. Alhasil, saya bisa saling berbagi ilmu saya dengan banyak orang.
Karena kita harus memiliki wawasan yang luas. Jangan sampai monoton dan hanya memikirkan bisnis saja. Dengan memberikan training, banyak yang bisa didapat selain ilmu bisnis atau produk Tupperware semata. Pasalnya, di daerah-daerah seperti halnya di Kalimantan, ibu-ibu daerah memiliki wawasan yang terbatas. Banyak juga yang tidak memiliki pendidikan tinggi, dan saya juga tim dituntut untuk mengembangkan mereka. Kita harus mengubah pola pikir, bahwa sebagai wanita tidak perlu takut untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Jika orang mau belajar pasti bisa, mengubah wanita Indonesia menjadi lebih baik. Semua harus dari hati, berbisnis dari hati dan peduli. Tak hanya soal bisnis, tapi bagaimana menjaga lingkungan (go green) dan lainnya juga diajarkan. Sehingga kita bisa menjadi manusia seutuhnya tidak hanya hebat berbisnis saja. Saya berkembang dengan Tupperware, bagi saya Tupperware seperti sekolah, saya belajar banyak hal tentang kehidupan.